Mengenai Saya

Foto saya
Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia

Minggu, 04 Desember 2011

EKSISTENSI RUMAH PANJANG SAHAM DALAM DUNIA PARIWISATA


Pendahuluan
Kalimantan, atau dahulu borneo dalam peta dunia hanya menyerupai titik kecil dalam ribuan pulau dan semenanjung yang tersebar diantara Asia Timur dan Australia. Kalimantan adalah pulau ketiga terbesar didunia setelah Greenland dan Irian (Papua). Luasnya hampir 750.000 km, jarak rentangnya lebih dari 1.300 km1
. Kalimantan adalah bagian integral Republik Indonesia, dan merupakan elemen dari keanekaragaman yang menjadi image Indonesia sebagai negara besar, multi bangsa dan budaya. Saat ini dalam kepulauan Kalimantan sendiri terdapat pula Sarawak dan Sabah sebagai bagian negara Malaysia, serta Kesultanan Brunei Darussalam. Dalam pulau Kalimantan juga terdapat empat propinsi di Indonesia yaitu Kalimantan Barat dengan ibukota Pontianak, Kalimantan Tengah dengan ibukota Palangka Raya, Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, dan Kalimantan Selatan dengan ibukota Banjarmasin.
Kalimantan Barat terdiri dari 12 Kabupaten dan 2 Kabupaten kota. Pontianak terletak di 2° - 3° Lintang Selatan dan 108° - 114° Bujur Timur serta memiliki luas 146.807 km² ( 7,65% luas Indonesia ).
Sebagai bagian integral dari Republik Indonesia, setiap daerah memiliki kekhasan dalam adat dan budaya. Demikian pula Kalimantan yang dipercaya sebagai tanah air suku Dayak sebagai penduduku asli, selain Melayu dan Cina yang juga memeliki sejarah panjang di daerah ini. Suku Dayak adalah penguasa Kalimantan, dan merupakan kelompok etnik yang memilki ke-khasan adat dan istiadat serta benda-benda seni hasil kerajinan, yang berbeda dengan daerah lain.
Salah satu situs yang masih dapat kita temui hingga kini sebagai unsur kebesaran budaya itu adalah Rumah Panyakng atau Rumah Panjang. Rumah panjang adalah tempat tinggal masyarakat Dayak secara umum (ada kelompok yang tidak). Ia terdiri dari bangunan kayu sepanjang 200meter (relatif dan berbeda setiap sub suku), terdiri dari bilik dan ruang serta serambi dimana satu komunitas masyarakat (berasal dari satu keturunan), hidup dan berkembang. Dalam penulisan kali ini, akan dibahas satu Rumah Panjang yang terletak di desa Saham kecamatan Sengah Temila kabupaten Landak ( 137 km dari utara kota Pontianak serta ± 11 Km dari ibukota kecamatan).
Desa Saham terdiri dari satu rumah panjang dan rumah-rumah tunggal yang mengikuti pola masa kini. Sebelumnya seluruh penduduk tinggal disatu rumah panjang sebagai satu kelompok masyarakat. Bagi masyarakat Dayak, Rumah panjang bukan hanya berfungsi sebagai rumah tinggal, namun juga sebagai pusat perkembangan budaya serta tradisi.
Sebagai peninggalan budaya Dayak Kanayatn, rumah panjang di Saham layak dijadikan objek pariwisata. Adapun faktor-faktor yang mendukung itu adalah kegiatan budaya, kesenian, adat istiadat, kehidupan religi, pertanian, mata pencaharian, kehidupan bermasyarakat. Sebagai pusat kebudayaan rumah panjang juga merupakan pusat lahirnya jenis-jenis kesenian yang berkaitan langsung dengan adat istiadat dalam bentuk upacara-upacara. Masyarakat Dayak selalu menandai setiap peristiwa dalam kehidupan dengan upacara, dalam kondisi inilah lahir tarian, musik, seni ukir, seni tato, seni menganyam, tenun, tata boga, dan sebagainya.
Sebagai contoh upacara mengawali dan mengakhiri proses perladangan. Sebelum musim tanam dimulai, dilakukan upacara untuk memberkati seluruh peralatan yang digunakan dalam pertanian, dengan upacara adat untuk mendapat restu dari roh leluhur serta Jubata ( Yang Maha Tinggi ). Seluruh rangkaian proses pertanian tersebut ditutup dengan upacara memanjatkan syukur ( Naik Dango ). Diupacara inilah biasanya masyarakat Dayak di rumah panjang Saham tampil dengan busana adat terbaik, perhiasan, tari, musi, makanan-makanan dan minuman khas tradisi Dayak. Seluruh rangkaian upacara tersebut masih dapat kita temui di rumah Panjang Saham.

Dampak Negatif
Dalam kehidupan masa kini masyarakat Dayak tidak terlepas dari pengaruh modernisasi serta penyeragaman dalam identitas baru, kebudayaan Indonesia. Masuknya media elektronik seperti televisi, parabola membawa siaran yang membuka wawasan mereka tentang kehidupan baru yang menawarkan perubahan-perubahan. Perubahan ini cenderung lebih banyak bertentangan dengan adat istiadat serta norma dan keteguhan terhadap tradisi. Sebagai contoh kasus maraknya perjudian yang dibawa oleh pendatang sebagai usaha memeriahkan pesta adat. Dengan semakin luasnya wawasan masyarakat Dayak terutama dalam masalah ekonomi yang individualistik, banyak benda atau situs-situs bersejarah yang dijual demi kepentingan pribadi. Masuknya gaya hiburan baru yang diadaptasi dari media elektronik sehingga mengesampingkan pemahaman serta kecintaan generasi muda Dayak terhadap seni tradisi dan adat istiadat.
Pemerintah daerah sejauh ini memang telah melakukan pembinaan, namun yang terjadi adalah pembinaan yang tidak berakar dan agak melenceng dari konteks ritual adat. Apa yang telah dilakukan pemerintah melahirkan potensi perpecahan dan kedangkalan pemahaman terhadap tradisi, sebab pembinaan yang dilakukan sering terjadi dalam bentuk yang isidentil dan instan. Problem yang terjadi, tidak segera diimbangi dengan pendidikan yang layak, sehingga pengaruh budaya luar sangat cepat berdampak terhadap budaya Dayak. Ia tidak hanya mempengaruhi, namun juga merombak secara langsung akar budaya tersebut. Hal ini patut kita sayangkan dan kita sadari untuk kemudian menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

Dampak Positif
Keberadaan Pariwisata, yang menampilkan upacara adat dan kesenian tradisi di rumah panjang Saham memberi dampak positif bagi masyarakat Dayak serta kelangsungan tradisinya. Semakin berkembangnya dunia kepariwisataan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk terus menyelengarakan serta memelihara adat dan tradisinya sebagai komoditas pariwisata. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, akan meningkatkan pendapatan ekonomis serta melahirkan kesadaran baru bahwa masyarakat memiliki nilai jual yang layak ditampilkan. Dengan demikian kesadaran itu memacu masyarakat untuk mempelajari, menggali, serta melestarikan tradisi yang mereka miliki.

Solusi yang dapat ditempuh
Sudah saatnya pemerintah daerah merubah paradigma dalam rangka memelihara dan membina kesenian tradisi demi kepentingan pariwisata. Pariwisata yang sehat adalah dimana seni dan tradisi yang ditampilkan tidak tercerabut dari akar budaya aslinya. Pola pendidikan yang telah ada semestinya disertai dengan muatan lokal yang akan melahirkan generasi muda yang memahami serta mengenal kesenian tradisi, sehingga seberapa kuatnya pengaruh budaya luar, mampu disaring dan disesuaikan dengan adat dan taradisi budaya Dayak.
Pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk membaca potensi dan membuka peluang agar potensi itu menjadi komoditas yang menguntungkan bagi masyarakat. Hal ini dapat direalisasikan dengan dibangunnya sarana yang mendukung pariwisata disuatu daerah, dalam hal ini rumah panjang Saham. Akses jalan raya, penginapan, fasilitas telekomunikasi, promosi, harus menjadi perhatian untuk diperbaiki demi kemudahan dan kenyamanan wisatawan. Namun yang penting adalah kontinuitas pembinaan yang jujur dan berpihak kepada masyarakat sehingga diharapkan mereka mampu menjadi komoditas pariwisata, yang tidak hanya mementingkan keuntungan ekonomi semata, tetapidi harapkan memupuk kecintaan sekaligus kesadaran terhadap kelestarian adat istiadat dan tradisinya.
1 Bernard Sellato, Hornbill and Dragon (Jakarta: Gramedia, 1989), p. 51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar